Hai Sobat...
Kenalkan nih namanya kak William. Dia sangat pinter banget loohhh.... Buktinya bisa peri study exchange ke
Negeri Paman Sam dan Negara Super Power. Waahh siapa sih yang gak pengen pergi kesana. Pasti pengen banget lah.. mumpung masih banyak ada kesempatan, yuk kita searching dan saling berbagi pengalaman...
Nih ada cerita pengalaman dari Kak William.
Kenalkan nih namanya kak William. Dia sangat pinter banget loohhh.... Buktinya bisa peri study exchange ke
Negeri Paman Sam dan Negara Super Power. Waahh siapa sih yang gak pengen pergi kesana. Pasti pengen banget lah.. mumpung masih banyak ada kesempatan, yuk kita searching dan saling berbagi pengalaman...
Nih ada cerita pengalaman dari Kak William.
Saat masih menjadi mahasiswa baru, fokus saya pertama kali saat masuk ke
Universitas Kristen Petra hanya untuk berkuliah dengan sungguh-sungguh
dan mendapatkan IP yang tinggi. Status sebagai mahasiswa perantauan dari
daerah asal saya di Tarakan, Kalimantan Timur ke lingkungan baru
membuat saya harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan dunia
akademis baru. Di Surabaya, untuk mengisi waktu luang, secara rutin
saya mengikuti pameran studi ke luar negeri yang hampir setiap minggu
diadakan. Hal ini merupakan hal baru bagi saya untuk mengenal dunia
akademis luar negeri yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Berbagai
booth universitas luar negeri melayangkan mimpi saya untuk suatu hari
nanti merasakan kuliah dan hidup di luar negeri. Ketika melewati booth
universitas terkenal di Amerika Serikat, saya selalu bersemangat dan
berharap saya dapat ke sana. Saya kemudian berjanji dalam diri saya,
jika saya bisa melewati studi saya secara cepat (sekitar 3 tahun), saya
ingin mengumpulkan uang dan pergi ke New York dan Washington DC untuk
melihat secara langsung seperti apa Amerika yang saya hanya bisa lihat
di televisi.
Tidak terasa kuliah saya telah berlalu 2 semester. Pada suatu hari di
semester 3, saya mengenal program pertukaran mahasiswa luar negeri
pertama kali pada saat saya mengikuti seleksi beasiswa JENESYS ke
Jepang, yang diinformasikan oleh kakak kelas saya di Jurusan Teknik
Mesin. Deadline seleksi yang hanya tinggal 2 hari tidak menyurutkan
semangat ingin tahu saya untuk mencoba sesuatu yang baru. Menghadapi
formulir pendaftaran lengkap dengan kolom essay motivasi, sempat membuat
saya kebingungan karena di sanalah pertama kali saya harus membuka diri
saya dan bertanya kepada diri saya sendiri akan minat dan tujuan studi
saya. Meski terlihat mudah, namun menurut saya bagian dari proses
aplikasi beasiswa yang tersulit adalah menggali potensi diri dan
mencocokkannya dengan tujuan pemberi beasiswa. Karena kurangnya
persiapan saya, pada percobaan pertama ini saya masih belum beruntung.
Setelah kegagalan di aplikasi JENESYS ini, tidak menyurutkan semangat
saya untuk bermimpi studi ke luar negeri dengan beasiswa. Sebaliknya,
saya semakin penasaran dan malah semakin terpacu untuk menambah
info-info lain tentang beasiswa yang bisa saya temui di media sosial
maupun di website.
Pada bulan Agustus 2012, saya mendapatkan sebuah informasi beasiswa ke
Amerika Serikat yang saya rasa sangat megah, bernama Global
Undergraduate Exchange Program. Ketika pertama kali saya melihat
deskripsi program ini yang menyediakan kesempatan studi selama 1 tahun,
tanpa pikir panjang saya bertekad untuk mencobanya. Persyaratan
administrasi yang lebih banyak dari program sebelumnya menuntut saya
untuk berusaha lebih keras. Belajar untuk Tes TOEFL ITP yang berbarengan
dengan Ujian Tengah Semester (UTS) saya, bolak balik ke kantor AMINEF
untuk menanyakan informasi dan cara mengisi formulir yang lumayan
membingungkan, dan mengurus surat rekomendasi dari dosen dan guru SMA
saya adalah bagian dari tahapan saya untuk mencoba beasiswa ini.
Ditambah dengan menulis 3 buah essay yang masing-masing berisi minimal
300-500 kata mengharuskan saya untuk berpikir keras kembali, yang mana
jauh lebih panjang dari essay beasiswa yang pertama. Setelah mengurus
semua dokumen, dengan tergesa-gesa saya cetak semuanya dan kirimkan 2
hari sebelum deadline. Sayangnya, 2 minggu kemudian saya kembali
menerima email bahwa aplikasi saya belum terpilih untuk proses wawancara
selanjutnya.
Kegagalan di aplikasi Global UGRAD sempat membuat saya down sejenak. Ada
rasa sesal yang terbesit memandang kembali perjuangan mengisi essay
yang lumayan menguras otak dan waktu, ditambah biaya lain nya untuk tes
TOEFL dan dokumen lainnya. Tapi akhirnya saya tersadar, ini baru
perjuangan kedua, bagaimana dengan teman-teman peraih beasiswa besar
seperti Fullbright yang telah gagal berulang kali dan mencoba
semua peluang yang ada. Saya juga termasuk beruntung bisa mendapatkan
informasi yang terbatas ini.
Pada sebuah kesempatan di seminar penulisan essay 3 minggu setelah itu,
saya menanyakan kualitas essay saya kepada pakar penulisan essay dari Regional English Language Officer (RELO)
yang datang langsung dari Jakarta, dan beliau banyak menandakan remarks
(catatan-catatan) penting. Hasilnya, ternyata essay saya masih belum
terfokus sekali pada tujuan mendatang yang akan saya capai setelah
meraih beasiswa yang harus detail membahas rencana kegiatan atau projek,
demikian juga dengan urutan cerita yang masih kurang runut. Selain itu
juga essay saya juga masih menggunakan kata pembuka dan penutup yang
kurang menarik bagi penilaian reviewer beasiswa. Dengan dasar itu, saya
akhirnya yakin kembali bahwa mimpi saya untuk belajar ke luar negeri
tidaklah jauh lagi, yang perlu saya lakukan hanya terus berusaha dan
terus berdoa.
Percobaan saya yang ketiga banyak dipengaruhi oleh koneksi dan
pengalaman saya pada proses beasiswa kedua yang sebelumnya. Awal bulan
Desember 2012, saya mendapatkan email dari counselor AMINEF Surabaya,
yang berisikan call for application untuk beasiswa Study of The U.S.
Institutes (SUSI) for Student Leaders of Global Environmental Issues.
Kesempatan ini tidak saya sia-siakan, mengingat persyaratannya lebih
sedikit dan tidak terlalu berbelit-belit. Saya bersyukur beberapa
dokumen yang saya perjuangkan di proses beasiswa kedua lalu menjadi
persyaratan yang sama di beasiswa ini, seperti sertifikat TOEFL dan
surat rekomendasi yang biasanya membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu
untuk diurus.
Perlu diketahui, beasiswa SUSI ini merupakan beasiswa yang ditujukan
spesifik untuk seseorang yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Dalam
kaitannya dengan lingkungan hidup, saya mengaitkan antara minat dan
tujuan studi saya selama di teknik mesin, yakni pengembangan energi
terbarukan terutama beberapa riset saya di energi angin dan surya, yang
saya tujukan untuk mengatasi krisis energi di daerah asal saya dan untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan bagi daerah lainnya di Indonesia.
Selain itu, saya ingin mengkolaborasikan penelitian saya di bidang
energi dengan prinsip-prinsip konservasi lingkungan hidup dan ingin
memimpin masyarakat di sekeliling saya untuk menyebarkan manfaat energi
terbarukan untuk lingkungan hidup Indonesia. Essay, TOEFL dan formulis
aplikasi akhirnya saya kirimkan 2 jam sebelum deadline dan saya hanya
berharap yang terbaik untuk proses seleksinya.
Tak disangka, tanggal 26 Maret 2013 menjadi hari yang bersejarah untuk
saya. Di pagi itu, ketika sedang mengikuti kuliah, saya mendapatkan
telpon dari Konsulat Amerika Serikat di Surabaya yang menyatakan saya
lolos dalam beasiswa ini dan akan bergabung bersama 5 peserta dari
seluruh Indonesia dan akan berangkat ke Hawaii, AS pada bulan Mei
mendatang. Senang bercampur gugup membuat hati saya berdegup kencang
karena mimpi saya ke Amerika Serikat tercapai dan lebih bangganya,
karena perjalanan ini adalah dalam rangka mewakili Indonesia. Berbagai
ucapan selamat dan harapan bagi saya pun mengalir dari orang tua,
keluarga, teman-teman. Setelah dinyatakan resmi untuk berpartisipasi,
saya pun mulai disibukkan dengan persiapan keberangkatan antara lain
pengurusan visa, latihan presentasi dan public speaking dengan dosen
saya, belajar isu-isu lingkungan dan merancang projek lingkungan yang
akan saya lakukan setelah kembali ke Indonesia. Karena saya memiliki
minat dengan pengembangan energi terbarukan yang selaras dengan isu
lingkungan, maka saya pun merancang projek untuk mengedukasi mahasiswa
dan siswa sekolah akan pentingnya energi terbarukan dan penghematan
energi melalui lomba inovasi yang dipadukan dengan prinsip
kewirausahaan, agar ide mereka dapat diaplikasikan langsung ke
masyarakat.
Peserta program SUSI GEI 20 13 dari Indonesia, Malaysia, Fiji, Marshall Island dan Papua Nugini (Penulis di deretan belakang sisi kiri) |
Hari keberangkatan pun tiba. Ini adalah kali pertama saya terbang
melintasi benua yang memakan waktu perjalanan yang lama. Setelah 21 jam
perjalanan dan transit di Singapura dan Tokyo, kami pun sampai dengan
selamat di kota Honolulu, Hawai. Pertama kali menginjakkan kaki di
daratan Amerika Serikat, anehnya tidak ada kelelahan sedikit pun
terasa,karena kami sangat bersemangat untuk mengeksplorasi kota yang
dijuluki “paradise” (surga) tersebut. Mengunjungi Pantai Waikiki,
belajar tari hula, mencicipi berbagai makanan dunia, dan terlebih
mengenal teman-teman dari 4 negara lain (Malaysia, Papua Nugini,
Marshall Island dan Fiji) benar-benar membuka pandangan saya terhadap
dunia.
Membawa bendera Indonesia ketika pertama kali mendarat di Hawaii, AS |
Pada program kami, selama 3 minggu berada di Hawaii, kami dilatih untuk
menjadi pemimpin muda yang dapat menyelesaikan masalah lingkungan di
sekeliling kami. Kami diberi pelatihan kepemimpinan, latihan ala militer
AS, study tour ke pembangkit listrik tenaga sampah, penjernihan
air organik, konservasi daerah wisata pantai dan akhirnya kami bersama
tim merumuskan solusi kami atas masalah lingkungan dan mempresentasikan
nya kepada masyarakat di AS. Sungguh sebuah pengalaman yang
menginspirasi saya untuk berbuat terhadap lingkungan disamping mengasah
kemampuan kepemimpinan saya bersama tim dari berbagai negara.
Presentasi program bersama tim multinasional kepada warga Amerika. |
Kunjungan kami dilanjutkan ke kota Boulder di Negara Bagian Colorado,
yang dinobatkan sebagai salah satu kota terhijau di AS. Ruang hijau yang
besar, jalur sepeda yang ekstensif dan proses daur ulang sampah yang
rapi adalah keunggulan dari kota kecil ini. Semua ini dimulai dari
manajemen tata kota yang rapid an dijalankan secara professional oleh
pemerintah kota Boulder. Menikmati kota yang penduduknya sangat sadar
terhadap isu lingkungan menginspirasi saya untuk mengubah gaya hidup
dimulai dari diri saya untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Persembahan tari tradisional Indonesia pada malam Cultural Show |
Kunjungan kami diakhiri dengan kunjungan ke ibukota Amerika Serikat
yakni Washington DC. Di sini kami mempresentasikan hasil studi kami
kepada Departemen Luar Negeri AS, sembari berkunjung ke
bangunan-bangunan khas Amerika yang biasanya hanya saya lihat di
televisi, seperti US Capitol, Gedung Putih, Museum Aviasi Smithsonian
dan Library of Congress. Ketika berdiri di depan gedung Capitol, saya
mengambil waktu sejenak untuk mengucap syukur atas terwujudkan mimpi
saya yang saya utarakan tepat 3 tahun lalu. Saya sadari semua ini
membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi mimpi kita selama
kita terus berusaha dan berdoa kepada Tuhan YME.
Team
Building Training bersama staff US Army (Angkatan Darat Amerika Serikat)
|
Menikmati salju di puncak pegunungan Rocky, Boulder, Colorado, AS |
Presentasi program di Farmer’s Market, Boulder, Colorado |
Peserta SUSI Global Environmental Issues 2013 dari Indonesia |
Setelah pulang dari AS, saya pun kembali ke kesibukan saya sebagai
mahasiswa tingkat akhir. Namun, impian untuk studi di luar negeri dan
menimba pengalaman lebih melalui kompetisi dan pengalaman organisasi
tetap saya perjuangkan. Setelah mengenal berbagai website dan sumber
informasi tentang lomba-lomba, seminar dan konferensi internasional,
saya rajin untuk mencoba mengajukan aplikasi lomba maupun exchange
internasional hingga puluhan kali. Kegagalan demi kegagalan, penolakan
demi penolakan terus saya terima sepanjang perjalanan saya dalam setahun
berburu beasiswa dan lomba internasional. Namun, semua itu menjadikan
saya lebih siap dan membuat saya menyadari bahwa kemampuan akademis saja
tidak cukup untuk beasiswa, namun pengalaman organisasi dan
kepemimpinan yang dibuktikan dengan kontribusi nyata kepada masyarakat
itulah yang menjadikan aplikasi kita jauh lebih bernilai. Saya bersyukur
meskipun banyak diantara aplikasi beasiswa saya yang ditolak, beberapa
diantaranya berhasil, diantaranya lomba Go Green in The City dari
Schneider Electric dan beberapa tawaran magang di perusahaan Taiwan dan
Eropa.
Impian berfoto di depan Gedung US Capitol akhirnya tercapai, Washington DC, AS |
Bahkan di tanggal 26 Maret 2014, tepat setahun setelah saya memperoleh
kesempatan ke Amerika Serikat, saya mendapatkan kesempatan mengikuti
beasiswa JENESYS 2.0 Science and Technology : City and Urban Planning ke
Jepang bersama dengan 96 orang teman saya dari seluruh Indonesia. Kami
berkesempatan berada selama seminggu di Jepang dan mengunjungi 3 kota
yakni Tokyo, Sendai dan Kitakata di prefektur Fukushima. Selama di sana,
saya bersyukur sekali diberikan kesempatan oleh Tuhan YME untuk
mempelajari inovasi teknologi Jepang seperti naik kereta Shinkansen,
melihat Tokyo dari 450 meter di menara Tokyo Skytree dan gedung tahan
gempa. Kami juga mempelajari konservasi budaya tradisional yang
dilakukan masyarakat Jepang pada rumah dan arsitektur. Selain itu saya
juga diberikan kesempatan untuk belajar budaya tepat waktu,
kedisiplinan, kesopanan, persiapan menghadapi bencana dan keramah
tamahan masyarakat Jepang.
Makan Malam Tradisional Jepang menggunakan kostum Yukata, Kota Kitakata, Jepang |
Semua ini saya sadari tidak terlepas dari dukungan dari semua pihak yang
berada di samping saya, terutama Tuhan YME, orang tua, keluarga,
dosen-dosen, teman-teman dan lembaga-lembaga terkait.
Prinsip yang selalu saya pegang selama proses pencarian beasiswa adalah
jangan takut untuk mencoba, karena saya tahu saya akan lebih menyesal
ketika saya tidak mencoba sesuatu hal yang baru. Jika gagal, maka
intropeksi dan perbaikan yang baik mudah-mudahan dapat membawa
keberhasilan untuk percobaan selanjutnya. Jangan lupa berdoa dan selalu
mengucap syukur atas karunia yang diberikan Tuhan YME.
Berfoto bersama bunga Sakura, Kitakata, Jepang |
Saya yakin rekan-rekan semua dapat meraih kesuksesan masing-masing,
asalkan kita mau untuk bermimpi dan berusaha yang terbaik. Sebagaimana
yang saya kutip dari kata Pak Prof. Rhenald Kasali : “Sekembalinya
dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan
foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka”. Hal ini terbukti pada saya dan kamu juga bisa. Tips dari saya : Jangan Takut Gagal !! Terus berusaha!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar