Nama saya Intan Puspitasari. Tahun 2010, saat memasuki perkuliahan
semester ke 4, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti program
pertukaran mahasiswa yang diselenggarakan oleh Erasmus dengan tema
EuroAsia di Portugal. Home University saya adalah Universitas Gadjah
Mada, sementara Host University saya adalah Universidade do Minho atau
University of Minho yang letaknya di kota Braga, sebuah kota yang sangat
nyaman di bagian utara Portugal. Selama 1 tahun (Februari 2010-Februari
2011), saya mengikuti aktivitas pembelajaran di jenjang S1 di Fakultas
Psikologi. Saat ini saya adalah mahasiswa pascasarjana di Magister
Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2014.
Apa nama program yang membawa Intan sampai ke Portugal?
Program pertukaran mahasiswa yang saya ikuti bernama Erasmus EuroAsia yang dibiayai penuh oleh Europe Comission.
Bagaimana dengan pembiayaan kuliah
Intan selama di sana? Kira-kira, kalau biaya sendiri per semester berapa
rupiah? Bagaimana dengan harga pembelian buku-buku?
Waktu itu, alhamdulillah semua pembiayaan ditanggung oleh pihak pemberi
beasiswa baik tiket pesawat PP, tuition fee, language course, dan
lainnya. Saya kurang tahu tepatnya berapa biaya perkuliahan yang harus
dibayarkan. Namun, saya pernah bertanya pada salah seorang teman dan
biaya perkuliahan berkisar antara 200-300 Euro per semester.
Harga buku di Portugal sangat variatif, tergantung genre atau subjek
buku yang akan dibeli. Untuk buku-buku perkuliahan seperti Psikologi
(dalam bahasa Inggris) harganya mulai dari 45 Euro. Namun, buku-buku
novel relatif terjangkau yaitu sekitar 10 Euro, hampir sama kan dengan
di Indonesia? Hehe.
Apa yang Intan rasakan ketika pertama kali sampai di Portugal?
Bingung. Hehehe.. Itu adalah pertama kalinya saya naik pesawat dan
langsung bepergian jauh. Ketika sampai di tujuan, semua yang ada di
sekitar saya sangat berbeda dengan apa yang saya lihat selama ini. Cuaca
dingin, orang-orang berkulit putih kemerah-merahan dengan rambut
coklat, sistem transportasi yang nyaman, ternyata butuh waktu untuk
diproses di pikiran saya.
Namun, satu hal yang menakjubkan bagi saya adalah orang-orang Portugis
sangat ramah dan terbuka. Orang-orang Portugis yang saya kira tidak
bersahabat (ya, maklum karena Indonesia punya catatan histori dengan
Portugal) rupanya justru memberikan usaha terbaik mereka untuk menolong
orang yang meminta bantuan. Misalny, saat saya akan turun dari kereta
dengan 2 koper besar-besar (sementara tubuh saya mungil), seorang kakek
muda tiba-tiba mengangkatkan salah satu koper saya dan membawakannya
turun dari kereta, tanpa saya minta. Saya piker kakek itu berhasil
membangun first impression yang baik tentang orang Portugis.
Pernahkah Intan mengalami hal unik, menyenangkan atau mengesalkan saat di Portugal?
Tentu. Banyak sekali yang saya alami dalam kurun waktu 1 tahun itu. Kota
yang nyaman dan bersih, transportasi yang mudah, teman-teman yang
ramah, dosen-dosen yang sangat membantu mahasiswa adalah hal-hal yang
menyenangkan selama tinggal di Portugal.
Uniknya, awal-awal saya tinggal di Braga, banyak orang akan memandangi
saya ketika saya lewat di depan mereka. Saya adalah seorang muslim yang
mengenakan hijab dan terbiasa mengenakan rok panjang. Sementara seperti
yang kita ketahui bahwa mayoritas penduduk Portugal beragama Katholik
dan penduduk muslim hanya sekitar 0,1% dari populasi. Sehingga wajar
saja jika mereka penasaran dengan sosok saya, bahkan ada yang tidak tahu
mengapa saya berbusana demikian. Beberapa kali saya dihampiri oleh
orang Portugis dan bertanya langsung kepada saya tentang agama, cara
beribadah, asal negara saya, dan lainnya. Bahkan saya sempat didatangi
oleh mahasiswa S2 dari jurusan Komunikasi untuk diliput secara khusus
dalam sebuah video dokumenter.
Hal makanan terkadang menjadi kendala tersendiri bagi saya. Sebagai
muslimah, saya tidak boleh makan daging babi, minum alkohol, dan
sebagainya, sementara di Portugal kedua hal ini sudah seperti daging
ayam di Indonesia, artinya bisa didapatkan dimana saja. Bahkan kantin
universitas juga menyajikan daging babi di hari-hari tertentu. Ini
membuat saya ekstra hati-hati untuk memilih makanan sebelum
mengonsumsinya.
Bagaimana dengan karakter masyarakat
Portugal menurut Intan? Ramah atau tidak, dan bahasa apa yang mereka
pakai dalam kehidupan sehari-hari?
Masyarakat pada umumnya ramah sekali. Salah satu kebiasaanya masyarakat
adalah menyapa dengan ucapan selamat pagi, siang atau malam (bom dia, boa tarde, bom noite). Bahasa sehari-hari adalah bahasa Portugis.
Perbedaan kebudayaan apakah yang paling mencolok, dan sepertinya tidak pas untuk kepribadian orang Indonesia?
Pergaulan. Terutama pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Terlihat
pasangan yang berciuman dimana-mana. Di Portugal sudah sangat wajar
ketika pasangan yang belum menikah sudah tinggal bersama dan melakukan
hubungan seks, dan dapat memutuskan hubungan kapanpun mereka mau. Jika
di Indonesia kita dihimbau untuk tidak melakukan free-sex, di Portugal pemerintah menghimbau untuk melakukan safe-sex.
Artinya, karena masyarakat sudah tidak bisa dijauhkan dari hal-hal itu,
pemerintah hanya bisa membekali dengan alat-alat pengaman agar tidak
tertular penyakit dan virus dari hubungan seks itu.
Di Portugal sejak Januari 2010 juga sudah dilegalkan pernikahan sejenis.
Sehingga di kampus Universidade do Minho memiliki komunitas advokasi
untuk membela kepentingan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transexual).
Adakah tips spesial yang ingin Intan sampaikan tentang apa saja yang harus dibawa ketika hendak kuliah ke Portugal?
Wah, apa ya? Hehe.. Sepertinya tidak ada perlengkapan khusus yang harus
dibawa. Kalau datang saat winter, alangkah lebih baik jika membawa
winter coat dari Indonesia karena bisa langsung dipakai. Hmm.. mungkin
bagus juga kalau bawa beberapa stok makanan untuk awal-awal tinggal
karena biasanya masih penyesuaian dengan lingkungan. Oh, dan yang jelas
satu lagi. Belajarlah bahasa Portugis karena masih jarang yang bisa
bahasa Inggris di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar