Kamis, 29 Januari 2015

Mahasiswa GajahMada Goes to Portugal

Nama saya Intan Puspitasari. Tahun 2010, saat memasuki perkuliahan semester ke 4, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa yang diselenggarakan oleh Erasmus dengan tema EuroAsia di Portugal. Home University saya adalah Universitas Gadjah Mada, sementara Host University saya adalah Universidade do Minho atau University of Minho yang letaknya di kota Braga, sebuah kota yang sangat nyaman di bagian utara Portugal. Selama 1 tahun (Februari 2010-Februari 2011), saya mengikuti aktivitas pembelajaran di jenjang S1 di Fakultas Psikologi. Saat ini saya adalah mahasiswa pascasarjana di Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2014.  
Apa nama program yang membawa Intan sampai ke Portugal?
Program pertukaran mahasiswa yang saya ikuti bernama Erasmus EuroAsia yang dibiayai penuh oleh Europe Comission.  
Bagaimana dengan pembiayaan kuliah Intan selama di sana? Kira-kira, kalau biaya sendiri per semester berapa rupiah? Bagaimana dengan harga pembelian buku-buku?

Waktu itu, alhamdulillah semua pembiayaan ditanggung oleh pihak pemberi beasiswa baik tiket pesawat PP, tuition fee, language course, dan lainnya. Saya kurang tahu tepatnya berapa biaya perkuliahan yang harus dibayarkan. Namun, saya pernah bertanya pada salah seorang teman dan biaya perkuliahan berkisar antara 200-300 Euro per semester. 
Harga buku di Portugal sangat variatif, tergantung genre atau subjek buku yang akan dibeli. Untuk buku-buku perkuliahan seperti Psikologi (dalam bahasa Inggris) harganya mulai dari 45 Euro. Namun, buku-buku novel relatif terjangkau yaitu sekitar 10 Euro, hampir sama kan dengan di Indonesia? Hehe.
Apa yang Intan rasakan ketika pertama kali sampai di Portugal?
Bingung. Hehehe.. Itu adalah pertama kalinya saya naik pesawat dan langsung bepergian jauh. Ketika sampai di tujuan, semua yang ada di sekitar saya sangat berbeda dengan apa yang saya lihat selama ini. Cuaca dingin, orang-orang berkulit putih kemerah-merahan dengan rambut coklat, sistem transportasi yang nyaman, ternyata butuh waktu untuk diproses di pikiran saya. 
Namun, satu hal yang menakjubkan bagi saya adalah orang-orang Portugis sangat ramah dan terbuka. Orang-orang Portugis yang saya kira tidak bersahabat (ya, maklum karena Indonesia punya catatan histori dengan Portugal) rupanya justru memberikan usaha terbaik mereka untuk menolong orang yang meminta bantuan. Misalny, saat saya akan turun dari kereta dengan 2 koper besar-besar (sementara tubuh saya mungil), seorang kakek muda tiba-tiba mengangkatkan salah satu koper saya dan membawakannya turun dari kereta, tanpa saya minta. Saya piker kakek itu berhasil membangun first impression yang baik tentang orang Portugis. 

Pernahkah Intan mengalami hal unik, menyenangkan atau mengesalkan saat di Portugal?
Tentu. Banyak sekali yang saya alami dalam kurun waktu 1 tahun itu. Kota yang nyaman dan bersih, transportasi yang mudah, teman-teman yang ramah, dosen-dosen yang sangat membantu mahasiswa adalah hal-hal yang menyenangkan selama tinggal di Portugal. 
Uniknya, awal-awal saya tinggal di Braga, banyak orang akan memandangi saya ketika saya lewat di depan mereka. Saya adalah seorang muslim yang mengenakan hijab dan terbiasa mengenakan rok panjang. Sementara seperti yang kita ketahui bahwa mayoritas penduduk Portugal beragama Katholik dan penduduk muslim hanya sekitar 0,1% dari populasi. Sehingga wajar saja jika mereka penasaran dengan sosok saya, bahkan ada yang tidak tahu mengapa saya berbusana demikian. Beberapa kali saya dihampiri oleh orang Portugis dan bertanya langsung kepada saya tentang agama, cara beribadah, asal negara saya, dan lainnya.  Bahkan saya sempat didatangi oleh mahasiswa S2 dari jurusan Komunikasi untuk diliput secara khusus dalam sebuah video dokumenter.
Hal makanan terkadang menjadi kendala tersendiri bagi saya. Sebagai muslimah, saya tidak boleh makan daging babi, minum alkohol, dan sebagainya, sementara di Portugal kedua hal ini sudah seperti daging ayam di Indonesia, artinya bisa didapatkan dimana saja. Bahkan kantin universitas juga menyajikan daging babi di hari-hari tertentu. Ini membuat saya ekstra hati-hati untuk memilih makanan sebelum mengonsumsinya.  
Bagaimana dengan karakter masyarakat Portugal menurut Intan? Ramah atau tidak, dan bahasa apa yang mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari?
Masyarakat pada umumnya ramah sekali. Salah satu kebiasaanya masyarakat adalah menyapa dengan ucapan selamat pagi, siang atau malam (bom dia, boa tarde, bom noite). Bahasa sehari-hari adalah bahasa Portugis. 
Perbedaan kebudayaan apakah yang paling mencolok, dan sepertinya tidak pas untuk kepribadian orang Indonesia?
Pergaulan. Terutama pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Terlihat pasangan yang berciuman dimana-mana. Di Portugal sudah sangat wajar ketika pasangan yang belum menikah sudah tinggal bersama dan melakukan hubungan seks, dan dapat memutuskan hubungan kapanpun mereka mau. Jika di Indonesia kita dihimbau untuk tidak melakukan free-sex, di Portugal pemerintah menghimbau untuk melakukan safe-sex. Artinya, karena masyarakat sudah tidak bisa dijauhkan dari hal-hal itu, pemerintah hanya bisa membekali dengan alat-alat pengaman agar tidak tertular penyakit dan virus dari hubungan seks itu.
Di Portugal sejak Januari 2010 juga sudah dilegalkan pernikahan sejenis. Sehingga di kampus Universidade do Minho memiliki komunitas advokasi untuk membela kepentingan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transexual).  

Adakah tips spesial yang ingin Intan sampaikan tentang apa saja yang harus dibawa ketika hendak kuliah ke Portugal?
Wah, apa ya? Hehe.. Sepertinya tidak ada perlengkapan khusus yang harus dibawa. Kalau datang saat winter, alangkah lebih baik jika membawa winter coat dari Indonesia karena bisa langsung dipakai. Hmm.. mungkin bagus juga kalau bawa beberapa stok makanan untuk awal-awal tinggal karena biasanya masih penyesuaian dengan lingkungan. Oh, dan yang jelas satu lagi. Belajarlah bahasa Portugis karena masih jarang yang bisa bahasa Inggris di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar